Sumber: Dagelan

Kota Semarang, salah satu kota besar yang ada di Pulau Jawa ini terkenal dengan kuliner khasnya yaitu lumpia Semarang dan bangunan bersejarah Lawang Sewu. Bangunan peninggalan jaman penjajahan Belanda ini sering disebut sebagai lambang dari kota Semarang. Meski sudah berusia lebih dari seratus tahun, bangunan ini masih berdiri dengan kokoh di tengah kota modern dan menjadi tempat wisata para pelancong dalam negeri dan manca negara.

Lawang Sewu ini menyimpan cerita sejarah dan mistis. Seperti apa cerita tersebut? Langsung saja simak ulasannya berikut ini.

Lawang Sewu dalam bahasa Jawa berarti Seribu Pintu. Meski dinamakan demikian, ternyata Lawang Sewu tidak memiliki pintu hingga seribu. Nama tersebut didapatkan karena masyarakat melihat jendela tinggi dan lebar sebagai pintu dalam jumlah banyak. Lawang Sewu atau dulu dikenal dengan sebutan Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij dibangun pada 27 Februari 1904 dan digunakan sebagai kantor pusat NIS (perusahaan kereta api asal Belanda yang menjalankan sistem kereta api di Jawa Tengah). Arsitek yang dipercaya untuk merancang bangunan ini adalah Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Quendag asal Amsterdam.

Bangunan yang terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang ini terdiri dari 3 lantai dan didesain dengan gaya arsitektur art deco. Saat kamu memasuki bangunan utama Lawang Sewu, kamu akan menemukan gaya arsitektur Belanda kental yang menyelimuti struktur bangunan, pintu, dan jendelanya. Meskipun bangunan ini dirancang sepenuhnya oleh arsitek Belanda, arsitektur Lawang Sewu tetap disesuaikan dengan keadaan iklim setempat yang selalu disinari matahari agar bisa bertahan dan memberikan kenyamanan bagi para penghuninya.

Untuk menciptakan suhu ruangan yang sejuk tanpa alat pendingin, mereka membuat lorong bawah tanah yang digenangi air dan desain atap khusus yang bisa mengeluarkan udara panas dari dalam ruangan. Sama seperti bangunan milik Belanda lainnya yang ada di Indonesia, Lawang Sewu memiliki penjara bawah tanah untuk mengurung penjahat dan pemberontak pada masa penjajahan.

Bicara tentang bangunan tua yang memiliki penjara bawah tanah, Lawang Sewu juga tidak lepas dari cerita horor. Di penjara bawah tanah tersebut, ada banyak tahanan yang ditahan dan disiksa kemudian dibiarkan begitu saja hingga tidak bernyawa. Boleh percaya atau tidak, kehadiran arwah para tahanan tersebut masih terasa di dalam Lawang Sewu. Selain cerita horor dari para tahanan, ada juga cerita tentang penampakan noni Belanda. Konon, masyarakat sering mendengar jeritan dari noni Belanda dari dalam bangunan tersebut di malam hari. Ada beberapa orang yang mengatakan jeritan tersebut berasal dari arwah noni Belanda yang sedang dikejar oleh tentara musuh.

Setelah melalui proses pemugaran pada tahun 2012 oleh pemerintah setempat, kini Lawang Sewu dijadikan tempat wisata sekaligus museum sejarah Lawang Sewu. Bagi kamu yang tertarik untuk mengunjungi Lawang Sewu, siapkan uang sejumlah Rp 10.000 untuk tiket masuk Lawang Sewu dan Rp 30.000 untuk tiket masuk ke ruang bawah tanah. Lawang Sewu dibuka untuk umum pada hari Senin hingga Minggu mulai pukul 6.00-18.00. Jika ingin berkeliling ditemani pemandu wisata, kamu perlu merogoh kocek lagi sebesar Rp 30.000.

Sumber: Seymore Photography

Arsitektur Lawang Sewu yang menawan ini juga cantik dijadikan objek foto atau spot foto untuk pre-wedding. Pada siang hari kamu bisa mendapatkan gambar Lawang Sewu yang megah, sedangkan pada malam hari kamu bisa mendapatkan gambar Lawang Sewu yang romantis. Pilihlah waktu yang sesuai dengan kebutuhan fotografimu.

Jika kamu berencana untuk mengunjungi Semarang menggunakan jasa kereta api dan berhenti di Stasiun Besar Semarang Poncol, perjalanan menuju Lawang Sewu yang berjarak 1,6 km ini bisa ditempuh dalam waktu 6 menit menggunakan kendaraan pribadi atau pun angkutan umum. Perjalanan menggunakan kereta api yang melelahkan akan terbayarkan sesampainya di Lawang Sewu karena kamu menyaksikan peninggalan bersejarah. Seakan-akan kamu hidup di jaman dahulu.

Saking terkenalnya tempat tersebut, bahkan ada film karya anak bangsa yang mengangkat Lawang Sewu sebagai objeknya pada tahun 2007 silam. Film berjudul Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak dengan genre horor ini dibintangi oleh Thalita Latief, Marcell Darwin, dan Tsania Marwa.

Saat ini, Semarang tercatat menduduki peringkat 5 untuk Indeks Pariwisata Indonesia. Pencapaian ini tidak lepas dari campur tangan pemerintah Semarang yang bertekad kuat untuk menjadikan Lawang Sewu sebagai bangunan kuno bersejarah dan tujuan wisata unggulan di Semarang. Pemerintah Semarang telah bekerja keras untuk memugar Lawang Sewu tanpa menghilangkan arsitektur aslinya.

Sebagai masyarakat Indonesia dan wisatawan dalam negeri, kita wajib berpartisipasi dalam melestarikan bangunan bersejarah. Kalau bukan kita, siapa lagi? Caranya mudah kok. Jangan mengotori atau merusak fisik bangunan tersebut. Lalu, jangan lupa untuk berbagi foto dan pengalaman saat berkunjung ke sana melalui media sosial. Yuk, kenali, kunjungi, dan lestarikan Lawang Sewu!

944

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here