Pada jaman dahulu, benteng dibangun untuk kepentingan militer sebagai bentuk pertahanan sewaktu perang. Benteng harus dibangun besar dan kuat untuk melindungi daerah kekuasaan dan penduduk di dalamnya. Benteng sendiri sudah dibangun oleh orang-orang sejak ribuan tahun yang lalu.

Di Indonesia sendiri ada banyak benteng peninggalan jaman kerajaan setempat dan Belanda. Sebut saja seperti Benteng Jagaraga di Bali, Benteng Malborough di Bengkulu, Benteng Inong Bale di Aceh, Benteng Sombaupu, Fort Rotterdam di Sulawesi, dan masih banyak lagi.

Benteng-benteng tersebut banyak yang masih berdiri dengan kokoh dan menjadi saksi bisu perang di masa lampau. Tidak sedikit orang yang berwisata ke benteng-benteng tersebut.

Bicara tentang benteng, tahukah kamu kalau benteng terluas di dunia bisa ditemukan di Indonesia? Benteng tersebut adalah Benteng Keraton Buton di Pulau Sulawesi. Begitu besar dan luasnya, Benteng Keraton Buton ini tidak hanya masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia tapi juga ke dalam catatan rekor dunia Guiness Book Record pada September 11 tahun yang lalu.

Benteng yang berlokasi di Kota Bau-bau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara ini memiliki luas sekitar 23,37 hektar dan masih berdiri dengan kokoh dengan bentuk aslinya. Rasanya seharian pun tidak akan cukup puas untuk kamu mengelilingi benteng ini sepenuhnya sambil menyaksikan detailnya. Meski menjadi situs sejarah dan wisata, benteng ini masih dihuni oleh sejumlah penduduk, jumlahnya kira-kira ada 700 kepala keluarga.

Buton sebelumnya adalah wilayah dari Kerajaan Wolio di abad ke 13. Penguasa pertamanya adalah seorang wanita yang disebut Raja Putri Wakaka. Seiring dengan masuknya ajaran Islam ke Indonesia pada abad 15, Kerajaan Wolio berubah nama menjadi Kesultanan Buton pada saat masa pemerintahan Sultan Kamuddin Khalifatul Khamis pada tahun 1583.

Benteng Keraton Buton sendiri dibangun pada pertengahan abad ke 16, lebih tepatnya pada tahun 1632 oleh Labuke Sultan Gafurul Wadudu. Beliau adalah sultan ketiga dari Kesultanan Buton. Beliau lah yang merancang bentuk Benteng Keraton Buton. Untuk menyelesaikan Benteng Keraton Buton ini, mereka membutuhkan waktu selama 10 tahun. Benteng ini dibuat mengelilingi area kesultanan dan memberi kesan seperti membatasi area kesultanan dengan area rakyat biasa.

Menurut kabar yang beredar, saat pembangunan benteng tersebut terjadi musibah kelaparan yang luar biasa namun tidak ada satu orang pun yang meninggal karena musibah tersebut. Saat itu juga dikabarkan tidak ada penduduknya yang menikah.

Selain itu, banyak yang mengatakan bahwa Benteng Keraton Buton ini memiliki campur tangan pihak Belanda. Bukan tidak mungkin Belanda turut campur tangan. Pada saat itu, pihak Belanda berusaha untuk membangun hubungan baik dengan Kesultanan Buton. Penyebabnya adalah wilayah perairan Buton adalah salah satu pintu masuk ke Maluku untuk mereka mendapatkan rempah-rempah. Hubungan yang baik ini tentu akan memberikan berkah tersendiri bagi pihak Belanda.

Sumber: instagram.com/hikmayanti27

Benteng yang tidak hanya luas tapi juga panjang ini menggunakan batu gunung sebagai bahan utama pembangunannya. Sedangkan di beberapa bagiannya, mereka menggunakan batu yang berasal dari laut seperti batu karang.

 

Pada jaman dahulu, orang-orang belum mengenal adanya semen untuk menempelkan batu-batu membentuk bangunan. Misalnya, Candi Borobudur dibuat dari batu-batuan menggunakan teknik batu kunci tanpa bantuan semen sedikit pun. Begitu juga dengan Benteng Keraton Buton yang tidak menggunakan semen untuk menyusun batu-batu tersebut. Konon, mereka hanya menggunakan adonan kapur dan putih telur untuk merekatkan batu yang satu dengan lainnya. Terdengar aneh tapi nyata ya, masa kapur dan putih telur bisa merekatkan batu selama ratusan tahun?

Fungsi utama dari Benteng Keraton Buton adalah tempat perlindungan dari serangan bajak laut karena lokasi kesultanan dekat dengan perairan. Selain itu benteng juga digunakan sebagai tempat tinggal sultan, kepala adat, serta penduduk.

Dari benteng, pihak keamanan kesultanan dapat memantau kegiatan di laut seperti mengawasi kapal-kapal apa saja yang sedang melintas di sana. Hal ini memungkinkan karena benteng berada di tempat yang tinggi.

Saking luasnya, benteng ini memiliki 12 pintu gerbang untuk jalur keluar dan masuk. Salah satu pintu yang terkenal adalah pintu yang mengarah ke tempat persembunyian Sultan Bone. Di dekat pintu tersebut juga ada makan Sultan Buton pada masa pemerintahan 1788-1791.

Sumber: instagram.com/xaverius_endro

Selain itu ada juga pintu yang terkenal, yaitu pintu yang mengarah ke Masjid Agung Wolio. Di depan masjid ini ada tiang bendera yang sudah berumur 300 tahun. Di sini ada juga Batu Popaua yang dipakai dalam proses pengangkatan sultan pada saat itu.

Sebuah benteng terasa kurang lengkap tanpa meriam. Para pengunjung bisa menemukan koleksi meriam dekat masjid ini. Jika berkesempatan untuk mengunjungi Benteng Keraton Buton ini, jangan lewatkan pemandangan yang sangat cantik saat matahari terbenam.

1113

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here