Sumber: Beritagar

Saat ditanya mau liburan ke mana, kebanyakan orang pasti akan menyebutkan sejumlah tempat wisata yang memiliki pemandangan indah dan udara sejuk. Tapi, liburan ke tempat wisata seperti itu sudah terlalu mainstream. Bagaimana kalau liburan kali ini diisi dengan kegiatan membaur bersama salah satu suku pedalaman di Indonesia seperti Suku Baduy Dalam?

Suku Baduy Dalam adalah salah satu suku di Indonesia yang terkenal masih menjalani hidup dengan cara tradisional. Suku ini sendiri menempati 3 kampung yaitu Kampung Cibeo, Kampung Cikeusik, dan Kampung Cikertawarna. Di antara ketiga kampung tersebut, yang paling populer di kalangan wisatawan adalah Kampung Cibeo karena penduduknya lebih terbuka dengan wisatawan.

Wisatawan yang datang ke Kampung Cibeo ini harus menaati peraturan yang berlaku seperti tidak mengambil foto atau pun menggunakan bahan kimia untuk mandi. Penasaran dengan kegiatan lainnya yang biasa dilakukan oleh Suku Baduy Dalam? Coba simak poin-poin berikut ini!

Bergotong royong

Pada masa sekolah dulu, kita diajarkan untuk selalu bergotong royong misalnya saja untuk membersihkan lingkungan rumah atau menolong korban bencana alam. Sayangnya, seiring perkembangan zaman kegiatan gotong royong ini mulai terlupakan dan masing-masing warga sibuk dengan urusan sendiri.

Di dalam kehidupan Suku Baduy Dalam sendiri, kegiatan gotong royong masih sering dilakukan terutama pada saat harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang lebih subur berhubung mereka hidup nomaden.

Hidup tanpa listrik

Bisa bayangkan betapa repotnya jika listrik di rumahmu mati selama beberapa jam saja? Pasti pekerjaan akan terbengkalai. Lain halnya dengan Suku Baduy Dalam yang justru hidup tanpa bantuan listrik. Pada malam hari, tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan sehingga mereka akan berkumpul bersama untuk bermain musik atau bersenda gurau di bawah langit penuh bintang.

Suku Baduy Dalam terbiasa berjalan kaki

Sumber: Wisata Halimun

Salah satu aturan yang dipegang teguh oleh Suku Baduy Dalam hingga saat ini adalah tidak boleh menggunakan kendaraan seperti motor dan mobil. Sebagai gantinya, mereka akan berjalan kaki untuk berpindah tempat.

Hal ini bukan berarti mereka tidak pernah keluar kota ya. Beberapa dari mereka ada yang pergi mengunjungi kerabatnya di luar kota dengan cara berjalan kaki dengan modal makanan dan minuman. Meski jauh, mereka tidak pernah mengeluh. Tidak heran mereka sangat sehat dan kuat ya.

Kampung Baduy Dalam memiliki kepala adat, Pu’un

Sama seperti kampung adat lainnya yang di Indonesia yang memiliki kepala adat, Kampung Baduy Dalam pun memiliki kepala adat yang disebut Pu’un untuk mengatur para warganya. Tugas lainnya yang diemban oleh seorang Pu’un adalah menentukan masa tanam dan panen. Ia juga berhak menerapkan hukum adat bagi warganya dan mengobati orang sakit. Posisi kepala adat ini sangat penting dan dihormati sehingga tidak sembarang orang yang bisa menemuinya.

Bentuk rumah bukan cermin status sosial

Di tempat lain, semakin besar rumah seseorang maka status sosialnya semakin tinggi juga. Beda dengan Suku Baduy Dalam yang semua bentuk rumahnya terlihat sama meski ada perbedaan status sosial. Cermin status sosial ini justru dilihat dari banyaknya tembikar yang terbuat dari kuningan di sebuah rumah.

Baca Juga: 8 Tempat Wisata Alam dan Budaya di Cirebon

Menggunakan batang bambu untuk minum

Tahukah kamu kalau Suku Baduy Dalam tidak diperkenankan untuk menggunakan piring dan gelas? Oleh karena itu mereka menggunakan batang bambu untuk menggantikan gelas. Aroma khas yang ada di dalam batang bambu akan membuat air terasa lebih nikmat. Sudah pernah mencobanya?

Daging ayam adalah menu mewah

Di kampung adat lainnya, menu mewah biasanya dibuat dari olahan daging sapi atau kerbau. Tapi bagi Suku Baduy Dalam, olahan daging ayam sudah terbilang mewah. Jadi mereka hanya menyantap daging ayam sekitar sebulan sekali atau ketika ada perayaan saja.

Perjodohan masih kerap dilakukan antar warganya

Sumber: Babe

Kalau anak jaman sekarang dijodohkan, mereka belum tentu mau karena sekarang sudah bukan jamannya Siti Nurbayah lagi. Tapi bagi Suku Baduy Dalam, perjodohan adalah hal yang lumrah. Biasanya gadis yang sudah berumur 14 tahun akan dijodohkan dengan laki-laki Suku Baduy Dalam. Selama masa perjodohan ini, para laki-laki akan dibebaskan memilih gadis yang disukainya. Jika belum menemukan juga yang cocok, maka mereka harus menuruti pilihan sang orang tua atau Pu’un.

Ada larangan kunjungan selama 3 bulan

Tradisi yang masih sering dijalankan oleh Suku Baduy Dalam adalah Kawalu atau puasa 3 kali selama 3 bulan. Selama masa Kawalu ini mereka akan berdoa untuk keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan negara. Agar tidak mengganggu ketenangan, maka wisatawan dilarang berkunjung ke wilayah Baduy Dalam. Paling maksimal hanya sampai wilayah Baduy Luar dan tidak boleh menginap.

Terdengar unik dan membuatmu penasaran kan? Tunggu apalagi, segera rencanakan kunjungan ke Baduy Dalam untuk liburan nanti!

1416

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here